Pamekasan, Transatu.id – Dunia sepak bola Pamekasan kembali dihebohkan. Klub kebanggaan daerah yang dulu dikenal dengan nama Pamekasan FC dikabarkan telah berpindah tangan dan berganti nama menjadi Pamekasan Putra Tri Brata, dengan domisili baru di Kabupaten Pasuruan, Jum’at (24/10/2025).
Pergantian nama dan domisili itu tercatat sejak Kongres Asprov PSSI Jawa Timur tahun 2022. Namun di balik perubahan tersebut, muncul dugaan bahwa lisensi klub milik daerah ini telah diperjualbelikan secara tidak resmi, memunculkan tanda tanya besar mengenai transparansi dan etika dalam tubuh PSSI Pamekasan.
Sumber internal yang enggan disebutkan namanya mengungkap, perpindahan kepemilikan dan nama klub tidak semestinya terjadi karena lisensi klub tersebut masih terdaftar sebagai milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pasal 4 ayat 4 jelas mengatur bahwa lisensi klub tidak dapat diperjualbelikan. Klub ini milik Pemkab, bukan aset pribadi yang bisa dijualbelikan begitu saja,” ujarnya, Jumat (17/10/2025).
Ia juga menyoroti adanya indikasi praktik transaksional di internal PSSI Pamekasan, yang dianggap mencederai semangat pembinaan olahraga daerah.
Menanggapi hal itu, Ketua PSSI Pamekasan sekaligus mantan Wakil Bupati Pamekasan 2018–2023, RB Fattah Jasin, mengaku tidak mengetahui proses perpindahan domisili maupun perubahan nama klub tersebut.
“Saya tidak tahu-menahu soal itu. Selama saya menjabat di PSSI dan sebagai wakil bupati, tidak pernah ada surat resmi atau pemberitahuan tentang perubahan tersebut,” tegasnya.
Fattah menjelaskan, berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PSSI, klub yang tidak mengikuti kompetisi dalam jangka waktu tertentu secara otomatis kehilangan keanggotaan. Namun, ia menilai perubahan nama dan lokasi klub seharusnya tetap melalui mekanisme resmi yang melibatkan Askab setempat.
“Kalau sudah dikelola dalam bentuk PT, memang bisa berubah. Tapi tetap harus ada pemberitahuan ke Askab. Dalam kasus ini, kami tidak menerima pemberitahuan apapun,” tambahnya.
Hilangnya Pamekasan FC dari peta sepak bola lokal menjadi tamparan keras bagi dunia olahraga Gerbang Salam. Klub yang dulu menjadi wadah pembinaan talenta muda kini justru berpindah ke daerah lain tanpa jejak administratif yang jelas.
Publik pun menilai, kasus ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan tata kelola organisasi olahraga di tingkat daerah. Banyak pihak mendesak agar PSSI Jawa Timur dan Pemkab Pamekasan turun tangan menelusuri dugaan jual-beli lisensi klub daerah agar tidak kembali terulang di masa mendatang.







