Tak hanya merugikan secara ekonomi, situasi di lapangan kian memanas. Haris menyebut beberapa nelayan pernah diancam dengan parang saat mencoba menegur kapal troll yang masuk terlalu dekat ke pantai.
Samsul Arifin, nelayan lain, menegaskan jumlah kapal troll yang datang kadang mencapai 20–30 unit dalam satu waktu. Sebagian besar berasal dari Gresik, Lamongan, hingga Tuban.
“Masalahnya mereka masuk hanya satu meter dari bibir pantai. Kapalnya besar. Kalau menabrak perahu kecil kami, bukan cuma perahu yang habis, tapi juga nyawa,” ujarnya.
Situasi ini membuat ketegangan horizontal antar-nelayan kian rawan terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mahmudi, Anggota DPRD Bangkalan asal Arosbaya, menegaskan warga setempat tidak menolak kedatangan nelayan luar daerah. Namun, penggunaan alat troll disebut **tidak bisa ditoleransi**, karena sudah jelas dilarang dan terbukti merusak ekosistem.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya







