Sumenep, Transatu – Nama H. Yudik, pengusaha berpengaruh yang kerap disapa “Sultan ABJ”, kembali mencuat dalam pemberitaan publik, Senin (08/09/2025).
Di satu sisi, ia baru saja meluncurkan usaha baru ABJ Tour & Travel, biro perjalanan haji dan umrah yang diklaim hadir dengan konsep amanah dan nyaman.
Namun di sisi lain, sosoknya tetap dibayangi dugaan keterlibatan dalam praktik penyalahgunaan fasilitas pita cukai rokok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peluncuran ABJ Tour & Travel pada Minggu (7/9/2025) di kediaman H. Yudik berlangsung meriah, dengan dihadiri sejumlah kiai dan tokoh agama.
Kehadiran para ulama memberi restu spiritual bagi usaha yang menjanjikan layanan ibadah ke Tanah Suci secara profesional.
Dalam kesempatan itu, H. Yudik menegaskan niat tulusnya untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
Namun, citra religius tersebut berbanding terbalik dengan isu yang mencuat di lapangan. H. Yudik diduga kuat terkait dengan peredaran rokok merek Camelia yang beredar tanpa pita cukai.
Sejumlah gudang miliknya bahkan disebut aktif menebus pita cukai, meski tak menunjukkan aktivitas produksi nyata.
“Ini jelas kontradiktif. Di satu sisi mengusung amanah lewat bisnis travel haji, tapi di sisi lain publik menyoroti dugaan bisnis rokok ilegal yang merugikan negara. Kalau memang benar ada penebusan pita cukai tanpa produksi, itu modus klasik pabrik fiktif,” ujar Imron S., aktivis masyarakat Madura.
Menurutnya, praktik semacam ini termasuk kejahatan ekonomi yang menggerogoti sistem perpajakan negara. Jika benar dibiarkan, kata Imron, Madura akan terus menjadi episentrum peredaran rokok ilegal.
“Negara rugi dua kali lipat: pajak tidak masuk, pasar rokok resmi rusak. Bea Cukai seharusnya tidak tinggal diam. Kalau ada ketidaksesuaian antara pita cukai yang ditebus dengan kapasitas produksi nyata, aparat wajib bertindak. Jangan sampai citra religius dijadikan tameng dari praktik bisnis gelap,” tegasnya.
Kasus ini menambah panjang daftar dugaan penyalahgunaan fasilitas cukai di Madura. Publik kini menunggu keberanian aparat dalam menelusuri lebih jauh sosok H. Yudik yang dikenal punya jejaring politik dan ekonomi kuat.







