
Jakarta, Trabsatu – PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu raksasa industri rokok nasional, tengah menghadapi tekanan berat. Saham perusahaan tercatat terus melemah, kinerja keuangan tergerus, dan persaingan di pasar semakin ketat, Minggu (07/09/2025).
Sepanjang tahun berjalan, harga saham GGRM terkoreksi hingga 33,71 persen, bahkan dalam lima tahun terakhir sudah kehilangan lebih dari 80 persen nilainya. Perdagangan terakhir mencatat harga saham hanya berada di kisaran Rp8.000-an per lembar.
Kondisi tersebut sejalan dengan kinerja keuangan semester I-2025 yang menurun tajam. Laba bersih GGRM hanya Rp117,1 miliar, anjlok 87,3 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp925,5 miliar. Pendapatan juga turun 11,3 persen dari Rp50 triliun menjadi Rp44,3 triliun. Laba usaha pun ikut terkikis hingga 68,1 persen.
Tak hanya faktor internal, Gudang Garam juga dihantam isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang beredar di publik. Sentimen negatif ini menambah tekanan pada investor, sekaligus memperburuk persepsi pasar terhadap keberlangsungan bisnis perusahaan.
Dari sisi persaingan, Gudang Garam berhadapan dengan lawan-lawan tangguh seperti HM Sampoerna (HMSP), Djarum, dan Wismilak. Selain itu, tren downtrading konsumen menuju rokok dengan harga lebih murah juga semakin menggerus pasar produk premium. Merek-merek ekonomis seperti Wismilak Golden ARJA, Djarum 76 Madu Hitam, hingga Kansas American Blend menjadi alternatif yang kian diminati.
Meski begitu, Gudang Garam masih memiliki kekuatan pada aspek kesadaran merek dan persepsi kualitas. Namun jika tren penurunan berlanjut, bukan hanya kinerja perusahaan yang terancam, tetapi juga keberlangsungan lapangan kerja dan kontribusi terhadap penerimaan negara dari cukai rokok.