Sampaikan Kebenaran di Ruang Publik Malah Dicap Sakit Hati Para Penjilat Kekuasaan

- Jurnalis

Selasa, 3 Juni 2025 - 06:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ali Prawinata, S.H., M.H.

Ali Prawinata, S.H., M.H.

Oleh: Ali Prawinata, S.H., M.H.

Di salah satu dusun di Merangin, kata “Kamu” bukan sebutan biasa. Ia bukan panggilan akrab di pesan singkat atau seruan keras saat bertengkar. Di sana, “Kamu” adalah penghormatan tertinggi. Sebuah sapaan adat, peninggalan bahasa tuo yang menandai luhur dan santun.

Mirip “Kayo” di Kerinci, “Kamu” menjadi simbol betapa anak muda Merangin belum tercerabut dari akar. Mereka mungkin kuliah di kota, berdebat di kelas, bahkan turun ke jalan—tapi lidah mereka masih menyimpan bahasa tua itu, yang dulu dilafalkan para leluhur saat merawat tanah dan sungai.

Tapi, entah bagaimana, sebuah video jadi viral. Seorang mahasiswa menyebut “Kamu” saat demonstrasi dan tuduhan tak beradab pun datang. Konon katanya, mahasiswa itu kurang ajar. Mungkin karena ia menyuarakan kebenaran. Mungkin karena ia tidak menjilat. Atau mungkin, karena ia terlalu mirip dengan cermin dan para pejabat tak suka melihat wajah sendiri.

Begitulah nasib anak muda yang masih waras di negeri gaduh ini. Mereka disebut barisan sakit hati, hanya karena tak ikut barisan tepuk tangan.

Padahal tugas mereka memang begitu: menjadi agent of control, penyeimbang di antara pesta anggaran dan etika yang compang-camping. Tapi apa balasannya? Dicemooh, dilabeli, dan dihadang oleh buzzer yang lebih sibuk menjaga citra kekuasaan ketimbang akal sehat.

Coba tanya buzzer-buzzer itu, apakah mereka pernah duduk di bangku kuliah? Atau hanya lulus dari akademi puja-puji?

Di tengah gegap gempita efisiensi dari pusat, jalan-jalan desa masih tergeletak seperti luka yang dibiar membusuk. Ada dusun yang sudah 30 tahun tak melihat aspal, hanya tanah kuning yang berubah jadi kubangan kalau hujan.

Bahkan, saat seorang guru viral karena jembatan rusak, ia bukan diberi solusi, malah diminta klarifikasi. Sebab kritik itu dianggap duri, bukan peringatan.

Kini, yang penting pimpinan senang. Rakyat? Ah, nanti sajalah. Toh, selama masih bisa selfie dan potong pita, negeri ini tetap tampak meriah.

Ya sudahlah. Mungkin “beradab” di zaman ini memang berarti: diam, tunduk, dan ikut merayakan kesalahan bersama-sama.

Baca Juga :  Nalim : "Tim MENAWAN Harus Kompak"
Follow WhatsApp Channel transatu.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dari Duka Menjadi Cinta Sosial, Kisah Lahirnya BIP Sentuh Hati Peserta Anniversary
Kadis Disdik Semua Guru dan Murid SMPN 32 Sama Ceritanya Pelaku Yang ke Sekolah
Viral! Anggota DPRD Tebo Fraksi Gerindra Tertidur Saat RDP, Netizen Sindir Pedas di Medsos
Polisi Tetapkan Fahruddin Anggota DPRD Sungai Penuh Fraksi Golkar Sebagai Tersangka Pengrusakan
DPRD Merangin Dapur MBG Elviana Itu Tidak Layak, Fendi : Harus Dievaluasi
Isu Beredar Penggantian Ketua Nasdem Merangin, M Yani : Itu Hal Biasa Dalam Organisasi
Mendapat Kabar Anak Yatim Piatu Kena Tumor, Lurah Mampun Langsung Ambil Tindakan
Sosialisasi Empat Pilar MPR: Cek Endra Tegaskan PP Perekat Kebangsaan

Berita Terkait

Sabtu, 6 Desember 2025 - 22:36 WIB

Dari Duka Menjadi Cinta Sosial, Kisah Lahirnya BIP Sentuh Hati Peserta Anniversary

Minggu, 16 November 2025 - 23:19 WIB

Kadis Disdik Semua Guru dan Murid SMPN 32 Sama Ceritanya Pelaku Yang ke Sekolah

Jumat, 7 November 2025 - 00:51 WIB

Viral! Anggota DPRD Tebo Fraksi Gerindra Tertidur Saat RDP, Netizen Sindir Pedas di Medsos

Jumat, 31 Oktober 2025 - 22:53 WIB

Polisi Tetapkan Fahruddin Anggota DPRD Sungai Penuh Fraksi Golkar Sebagai Tersangka Pengrusakan

Minggu, 26 Oktober 2025 - 03:07 WIB

DPRD Merangin Dapur MBG Elviana Itu Tidak Layak, Fendi : Harus Dievaluasi

Berita Terbaru

Polisi sektor Tabir tutup usaha milik madi karena ilegal

Hukum dan Kriminal

Warga Pertanyakan Polisi Tutup Milik Madi, Pengepul Mas Lain Bebas Operasi

Minggu, 7 Des 2025 - 02:48 WIB

You cannot copy content of this page