Lukman juga menegaskan bahwa program ini memiliki dampak luas, tidak hanya dalam aspek pemenuhan gizi, tetapi juga dalam pemberdayaan ekonomi lokal.
“SPPG tidak hanya memberikan manfaat gizi bagi santri dan masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan ekonomi bagi pesantren dan warga melalui pelibatan koperasi dan pelaku usaha lokal,” tambahnya.
Peluncuran dapur SPPG ini merupakan hasil kerja sama antara Kemenko PMK, Badan Gizi Nasional, Pusat Investasi Pemerintah (PIP), koperasi, dan BMT NU. Ke depan, program ini diharapkan tidak hanya menjadi solusi atas permasalahan gizi, tetapi juga sebagai model penguatan ekonomi berbasis komunitas pesantren yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT