Pamekasan, Transatu.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan tajam publik. Setelah sebelumnya muncul kasus makanan berbau dan basi, kini masyarakat dihebohkan dengan video viral berdurasi 14 detik yang memperlihatkan lauk telur dadar berisi baut logam di salah satu sekolah di Kecamatan Waru, Pamekasan.
Video tersebut memperlihatkan seseorang mengeluarkan baut dari potongan lauk yang diduga bagian dari menu MBG untuk siswa sekolah dasar.
Rekaman itu langsung menyebar luas di media sosial dan memunculkan beragam reaksi dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Makan bergizi gratis, tapi isinya malah berbaut gratis. Ini bukan lagi kelalaian, tapi membahayakan,” tulis salah satu pengguna media sosial dalam unggahannya.
Tak hanya video, tangkapan layar percakapan di grup WhatsApp juga ikut tersebar. Salah satu pesan berisi peringatan agar berhati-hati saat menyiapkan menu MBG karena adanya temuan benda logam dalam lauk.
“Tolong hati-hati kalo masak, ada bautnya,” tulis pesan itu.
Balasan dari nomor lain yang mengaku pihak pengelola program muncul tak lama kemudian.
“Iya mohon maaf atas kendala yang ada, sudah kami tindaklanjuti ke petugas terkait,” tulisnya.
Namun, muncul dugaan bahwa Sekolah Penyelenggara Program Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas distribusi menu tersebut berafiliasi dengan salah satu anggota DPRD Pamekasan dari Dapil 3 berinisial M.A. Dugaan ini menambah panas isu pelaksanaan program MBG di daerah.
Aktivis sosial Fajar F, menilai kasus ini memperlihatkan lemahnya pengawasan serta potensi konflik kepentingan dalam pelaksanaan program nasional tersebut.
“Kalau benar SPPG itu dimiliki oleh salah satu anggota DPRD, ini berbahaya. Program publik tidak boleh dikelola oleh pihak yang juga punya posisi politik karena berpotensi menimbulkan benturan kepentingan,” tegas Fajar saat dikonfirmasi Transatu.id, Senin (10/11/2025).
Menurutnya, kasus “makan berbaut gratis” ini harus menjadi perhatian serius aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.
“Kita bicara soal keselamatan anak-anak. Baut di dalam lauk itu bukan sekadar kelalaian teknis, tapi bukti bahwa sistem pengawasan MBG di Pamekasan sangat lemah,” imbuhnya.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak SPPG yang disebut dalam percakapan tersebut belum memberikan tanggapan resmi terkait dugaan kepemilikan maupun klarifikasi atas insiden tersebut.
Publik menilai, insiden ini menjadi tamparan keras bagi pelaksana program MBG di Pamekasan, karena alih-alih menyehatkan siswa, justru menimbulkan kekhawatiran baru soal standar kebersihan, kelayakan bahan makanan, dan transparansi pengelola.







