Berdasarkan kacamata feminis, kekerasan yang diterima oleh para penggemar perempuan K-pop merupakan hasil sistem patriarki dimana perempuan dianggap sebagai pihak yang rendah dan dipandang sebelah mata. Pandangan yang seksis ini membatasi kesempatan perempuan untuk mengekspresikan dirinya dengan bebas. Sebagai bentuk penolakan terhadap kebebasan berekspresi perempuan tersebut, muncullah kekerasan yang digunakan sebagai alat untuk menunjukkan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Selain itu, perempuan sebagai pihak yang memiliki kerentanan terhadap berbagai bentuk kekerasan sehingga dalam kasus kekerasan berbasis gender terhadap penggemar K-pop juga hampir seluruhnya ditujukan kepada perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT