*Apresiasi Tanpa Seremonial, Pengakuan dari Realitas.*
Haidar Alwi menegaskan bahwa pengakuan terhadap Sufmi Dasco Ahmad lahir dari pembacaan objektif atas situasi politik hari ini. Bukan dari rasa kagum yang dilebih-lebihkan, tapi dari fakta yang tak bisa disangkal: bahwa dalam banyak situasi sulit, Dasco hadir bukan untuk menambah panas, melainkan untuk menurunkan suhu.
“Kita terlalu sering memberi sorotan kepada yang paling gaduh, tapi lupa pada mereka yang menjaga ruang tetap tenang. Dalam pandangan saya, peran Sufmi Dasco Ahmad sebagai tokoh yang lebih memilih bekerja dalam diam perlu dicatat sebagai salah satu pendekatan yang relevan untuk zaman ini,” ujar Haidar Alwi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apresiasi ini muncul karena jejak kerja yang konsisten: dari legislasi yang krusial, pengawalan kebijakan transisi kekuasaan, hingga merawat komunikasi antara kekuatan politik nasional. Dasco hadir bukan sebagai pengendali opini, tapi sebagai penyelaras realitas politik.
Agustus ini bukan hanya waktu mengenang perjuangan, tapi momen untuk mengenali siapa saja yang menjaga agar perjuangan itu tidak sia-sia. Haidar Alwi mengajak publik mencatat nama-nama yang bekerja menjaga republik dengan tenang, bukan mereka yang hanya hadir saat sorak sorai. “Sufmi Dasco Ahmad memberi contoh bahwa menjadi pemimpin tak selalu tentang berdiri paling depan, tapi tentang memastikan arah bangsa tidak keluar jalur,” pungkas Haidar Alwi.