“Di dunia yang serba digital ini, apapun bisa dipoles dan diedit. Tapi kebaikan sejati harus mengikuti mekanisme kebaikan itu sendiri. Sebagaimana makanan hanya bisa disebut makanan jika dimakan dengan cara yang benar,” tutur KH. Makki Nasir.
Ia juga menegaskan bahwa kehidupan dunia dan akhirat memiliki mekanismenya masing-masing. Oleh karena itu, santri maupun akademisi perlu meneladani nilai-nilai yang diajarkan guru-guru dan ulama agar tidak terjebak dalam fatamorgana dunia maya.
Melalui kegiatan ini, Fakultas Hukum UTM tidak hanya merayakan usia ke-44 tahun, tetapi juga menegaskan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, spiritual, dan intelektual. Semangat Hari Santri menjadi pengingat bahwa ilmu dan iman harus berjalan seiring untuk menciptakan peradaban yang berkeadilan dan berkeadaban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya