TRANSATU.ID,PAMEKASAN – Aktivis yang tergabung dalam Forum Kota (Forkot) Pamekasan, Madura, Jawa Timur menilai program insentif guru ngaji terkesan dipaksakan.
Ketua Forkot Pamekasan, Samsul Arifin, menyampaikan bahwa kegiatan insentif guru ngaji senilai 600 ribu rupiah per penerima hanya diperuntukkan untuk segelintir orang saja, tidak semua guru ngaji menerima insentif tersebut.
“Dari sekitar 4 ribu guru ngaji di Pamekasan, hanya 1.330 penerima yang tercover, dengan pembagian rata-rata 100 guru ngaji per kecamatan,”katanya kepada media transatu.id, jumat, 16 Agustus 2024.
Program insentif guru ngaji, lanjut aktivis PMII, tidak bisa mengcover semua guru ngaji di Pamekasan, ada 2 ribu lebih guru ngaji yang tidak menerima insentif.
“Sehingga program ini terkesan dipaksakan oleh Pemkab Pamekasan bagian Kesra dan diduga hanya dijadikan alat politik yang diperuntukkan bagi guru ngaji yang mempunyai kedekatan dengan pemerintah,”ungkapnya.
Pihaknya ingin memperjuangkan guru ngaji yang tidak menerima insentif dan membongkar adanya dugaan permainan data dalam program tersebut.
“Hari ini, kami mendatangi kantor bagian kesra, tapi kabagnya enggan menemui, atas sikap yang tidak kooperatif itu, minggu depan akan melakukan aksi turun jalan,”pungkasnya.
Terpisah, Kepala Bagian Kesra Setda Pamekasan, Abrori Rais menyampaikan bahwa pihaknya tidak bisa menemui rekan-rekan Forkot karena sedang mengikuti rapat di kantor DPRD Pamekasan.
“Jumlah penerima insentif disesuaikan dengan pagu anggaran yang ada, hanya mampu 100 guru ngaji per kecamatan, tahun depan mau diusahakan ada penambahan penerima,”pungkasnya.