Transatu, Opini- 120 Hari menjadi warna cerita akhir tahun 2023 tentang perjalanan ia yang berani menghadapi pertempuran panjang melawan sakitnya selama 4 bulan.
Wajahnya dipenuhi dengan tangis. Air matanya menandakan keteguhan dirinya. Tak hanya kehilangan kesehatan, ia juga meredupkan perannya sebagai pahlawan di dalam keluarga. Ketika perjalanan hidupnya mencapai akhirnya, ia kembali kepada Sang Ilahi, ada ruang dan rindu yang harus diikhlaskan.
Perjuangan melawan penyakit yang begitu berat menandai ia sebagai sosok yang patut dihormati dan dijadikan teladan keberanian. Kepergiannya bukan hanya meninggalkan kekosongan, melainkan juga mengurangi sinar pahlawan yang selama ini melindungi dan membimbing.
Meski begitu, rindu yang terus hadir dari kepergiannya tidak semata-mata sebagai ekspresi kesedihan, melainkan juga sebagai bentuk penghargaan dan cinta pada perjalanan hidup yang telah dijalani.
Rindu yang ikhlas menilik makna mendalam tentang penerimaan akan takdir dan ketabahan dalam menghadapi kehilangan. kami yang ditinggalkan belajar untuk menerima dengan penuh keikhlasan, menghargai jejak-jejak keberanian yang ditinggalkannya. Meskipun peran heroiknya di dunia fisik berakhir, sang ayah meninggalkan warisan berupa nilai-nilai kehidupan yang akan terus memancar dalam kenangan dan cerita keluarga.
rindu yang Ikhlas adalah sebuah perjalanan batin yang mengajarkan bahwa hidup harus terus berlanjut, meskipun dengan rasa rindu yang tetap diikhlaskan dalam hati yang lapang.
begitupun ceritaku dengan ayah, rinduku, doaku, terus deras bersamamu ayah, menerima takdir dengan hati yang tulus.
*Ditulis oleh Fahrur Rozi, wartawan WartaBaru.id