TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Filosofi Jaran Serek Sebagai Budaya Lokal Kabupaten Sumenep

Transatu.id, Sumenep- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur sukses menggelar Event Jaran Serek dalam kalender even dengan mengambil tema “Sumenep Masa Kejayaan”.

Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep Moh. Iksan menyampaikan, gelar event Jaran Serek yang di ikuti sekitar 106 kuda serek dapat menyedot pengunjung untuk menyaksikan event tersebut.

“Tugas dan fungsi kami sebagai Disbudporapar adalah pemberdayaan dan pelestarian,” kata Kadisbudporapar Sumenep Moh. Iksan. Senin (29/05).

Baca Juga :  Pererat Sinergitas, Kapolres Sumenep Kunjungi Kejaksaan Negeri

Menurutnya, Jaran Serek merupakan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh nenek moyang kita. “Jaran Serek pada jaman dahulu ditampilkan saat keraton dan pejabat keraton ada hajatan,” jelasnya.

“Setiap ada hajatan jaman dulu menampilkan Jaran Serek sebagai penghantar seperti acara khitanan, Anak yang tamat Al-Qur’an, Mantenan dan masih banyak lagi,” ungkap Kadisbudporapar Sumenep, Moh Iksan.

Baca Juga :  Triwulan Pertama 2023, bank bjb Tumbuh 10,8%

Maka, kami pemerintah Daerah mempunyai kewajiban mengajak kepada generasi muda untuk selalu melestarikan budaya lokal kita.

Apalagi, kata Iksan, Kuda merupakan simbul bagi kabupaten Sumenep. “Kuda merupakan simbul bagi pemerintah Kabupaten Sumenep,” ujarnya.

“Dengan kreatifitas para pandega, kuda bisa di latih, seperti menari, berdiri, sungkem dan memutar,” jelasnya.

Sehingga kita sesuai tugas dan fungsi sebagai Dinas Budporapar mempunyai kewajiban untuk memperdayakan dan melestarikan. “Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya tradisi peninggalan nenek moyang kita,” imbuhnya

Baca Juga :  Akselerasi Bisnis, bank bjb Teken MoU dengan Asuransi Jasaraharja Putera

Pemberdayaannya, kata mantan Kepala Dimas Sosial Sumenep ini, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat seperti para pecinta Jaran Serek, para pelaku UMKM dan PKL, bahkan nantinya mampu meningkatkan kunjungan wisata.

“Nenek moyang kita dulu mampu melatih kuda untuk menari, joget dan sungkem layaknya manusia,” pungkasnya.

TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA